Komunitas Para Pemikir

mulanya saya tidak ingin mengupas masalah keyakinan saya pribadi. tapi karena banyak orang yang terus menerus bertanya tentang apa yang saya yakini, maka inilah jawaban saya.

Banyak orang bertanya, “Apakah keyakinan Anda, Sunni atau Syiah?”

Umumnya saya tidak menjawab pertanyaan tersebut karena khawatir orang yang bertanya menjadi bingung, atau bahkan menjadi gila karena terlalu sulit memahami jawaban yang saya berikan kepadanya. Oleh karena itu, sebelum menjawab pertanyaan tersebut, maka saya saya ingatkan bahwa apabila Anda bukan orang yang terbiasa dengan filsafat, sebaiknya anda tidak usah meneruskan membaca tulisan ini. Sebab, saya tidak akan bertanggung jawab bila anda menjadi bingung kemudian.

Karena orang terus menerus bertanya, baik di dunia nyata maupun di dunia maya tentang apa yang menjadi keyakinan saya, maka saya jawab, “keyakinan saya bukan syiah bukan pula sunni. Bukannya bukan syiah, bukan pula bukannya sunni”. Apakah jawabannya membingungkan? Jika membingungkan, maka itu sesuai dengan pertanyaannya yang membingungkan. Tidak akan ada jawaban yang benar bagi sebuah pertanyaan yang salah, kecuali jawaban yang salah pula. Jadi jawaban salah = jawaban benar. Bingung lagi?

Meyakini bahwa imam Mahdi telah terlahir merupakan keyakinan syiah. Tapi apakah saya meyakini bahwa imam Mahdi telah terlahir? Tidak. Jadi saya tidak memiliki keyakinan syiah yang ini.

Meyakini bahwa imam Mahdi belum terlahir saat ini merupakan keyakinan sunni. Tapi apakah saya meyakini bahwa imam Mahdi belum terlahir? Tidak. Jadi, saya tidaklah memiliki keyakinan sunni yang ini.

Meyakini bahwa tidak semua sahabat adalah adil merupakan keyakinan syiah. Tapi, apakah saya yakin bahwa tidak semua sahabat adil? Tidak. Jadi, saya tidak memililiki keyakinan syiah yang ini.

Meyakini bahwa seluruh sahabat nabi itu adil merupakan keyakinan sunni. Tapi apakah saya meyakini bahwa semua sahabat adil? Tidak. Jadi saya tidak memiliki keyakinan sunni yang ini.

Tidaklah dapat dikatakan, “Keyakinan saya syiah” ataupun “Keyakinan saya sunni”. Lalu, apa yang saya yakini?

Saya meyakini bahwa alam semesta ini ada. Inilah keyakinan saya, juga merupakan keyakinan syiah maupun sunni. Jadi keyakinan saya tidak dapat dikatakan bukannya bukan keyakinan syiah, bukannya pula bukan keyakinan sunni. Memangnya, keyakinan akan adanya alam semesta itu keyakinan siapa?

Kalau memang ada yang penasaran, ingin mengetahui lebih jauh tentang hal-hal apa saja yang saya yakini, maka akan saya kemukakan sebagiannya. Sebagai berikut :

Saya meyakini bahwa tubuh manusia merupakan bagian dari benda hidup.
Saya meyakini benda hidup itu merupakan bagian dari benda.
Saya meyakini bahwa manusia membutuhkan oksigen untuk bernafas.
Saya meyakini bahwa segala makhluk memiliki sebab keberadaannya.
Saya meyakini bahwa segala makhluk mengalami perubahan.
Saya meyakini  bahwa saya telah terlahir ke dunia ini, menjadi semakin tua dan akhirnya akan mati..

Saya meyakini bahwa ada manusia yang baik, ada juga manusia yang jahat.
Saya meyakini bahwa ada manusia yang berlaku adil, ada juga yang dzalim.
Saya meyakini bahwa diantara umat manusia itu ada manusia bijaksana dan ada juga manusia yang tidak bijaksana.

Saya meyakini bahwa umat manusia memiliki keyakinan yang sangat beragam.
Saya meyakini bahwa umat manusia telah, sedang dan akan berselisih faham.
Saya meyakini bahwa manusia sehat itu mempunyai kemampuan berpikir.
Saya meyakini bahwa manusia mempelajari sesuatu dengan cara mempergunakan pikirannya.
Saya meyakini  bahwa manusia butuh kejernihan pikiran untuk dapat belajar dengan benar.   

Saya meyakini bahwa kehendak manusia mendahului perbuatannya.
Saya meyakini bahwa setiap perbuatan melahirkan suatu akibat.
Saya meyakini bahwa seorang manusia dapat bersedih karena ia tidak memperoleh apa yang diinginkannya.
Saya meyakini bahwa seorang manusia dapat menjadi gembira, karena ia memperoleh apa yang menjadi keinginannya.
Saya meyakini bahwa sebagian manusia diperbudak oleh keinginannya sendiri sampai mereka jatuh pada suatu penderitaan yang dalam.

Saya meyakini bahwa kekuatan konsentrasi membawa seseorang kepada kedamaian.
Saya meyakini bahwa kekuatan konsentrasi menjadi pondasi kejernihan pikiran dalam memahami segala sesuatu sebagaimana adanya.
Saya meyakini bahwa seseorang yang telah sampai kepada konsentrasi yang sempurna, maka terbentang baginya tiga jalan, yaitu jalan ilmu pengetahuan, jalan kesucian dan jalan mistik.
Saya meyakini bahwa terkadang, ucapan dan perbuatan orang-orang bijaksana membingungkan orang bodoh.
Saya meyakini bahwa orang bodoh perlu diajari ilmu secara bertahap.

Saya meyakini bahwa bila A adalah B, sedangkan B adalah C, maka pastilah A itu C.

Itulah sebagian dari keyakinan-keyakinan yang bisa saya sebutkan, maka sekarang saya coba tanya, keyakinan siapakah itu? apakah itu keyakinan syiah apakah keyakinan sunni?

Seandainya anda faham dengan semua itu, tentulah anda tidak akan bertanya lagi, apakah saya sunni atau syiah.

Bagi saya, sebagian orang sunni sunni maupun syiah adalah orang-orang yang terjebak di alam konsepsi, alam pemikiran yang idealis. Saya tidaklah seperti mereka itu. keyakinan seharusnya berpijak pada pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar haruslah berpijak pada fakta-fakta yang ada di dalam semesta. Inilah konsep keyakinan yang saya miliki.

Selanjutnya, segala fakta yang bisa ditangkap oleh pencaindra adalah fakta yang perlu difahami dengan akal pikiran. Dan Logika adalah yang mengatur jalannya pikiran ini, sehingga terlahirlah kebenaran hakiki darinya. Sampai di sini saja batas pengetahuan yang bisa dicapai oleh kekuatan pikiran manusia. Tetapi, kebenaran apapun yang bisa diperoleh oleh pikiran, bukanlah kebenaran yang sesungguhnya, melainkan hanya kebenaran yang menjadi pengantar kepada kebenaran ilahiah, yang letaknya di luar tapal batas pikiran manusia. Walaupun terletak di luar tapal batas pikiran, tapi manusia dapat menyelaminya, bukan dengan pikirannya, tetapi dengan jiwanya. 

Selanjutnya, mari kita lihat siapa yang tercerahkan dengan jawaban ini? Siapa yang menjadi bingung? Siapa yang menjadi bersedih? Siapa yang berpura-pura tak peduli? Dan siapa yang akan murka dengan kemurkaan yang setengah gila?

jika demikian saya termasuk yang bersedih

ketika saya menulis kata-kata di atas, "tercerahkan", "bersedih", "pura-pura" dan "murka", maka terbayang pulalah siapa orang-orangnya. tidaklah saya katakan hal-hal tersebut demikian, kecuali karena memang melihat adanya potensi terjadinya efek-efek tersebut pada orang yang berbeda-beda. tapi tidak ada yang bisa saya lakukan selain membiarkan semua reaksi mental seperti persepsi, dugaan, prasangka, keyakinan, kegembiraan, kemarahan atau kebencian yang harus muncul untuk muncul.

bila kang Ratno bersedih, maka akang boleh mengemukakan alasan-alasannya bila mau. boleh juga menyimpannya sebagai rahasia di dalam hati.

apapun reaksi orang terhadap saya, tentu saya harus selalu menerimanya dengan lapang dada, apakah itu reaksi positif atau negatif. Demikian sang Guru mengajari saya.

dulu saya kadang sedih, kecewa, marah atau jengkel dengan kelakukan murid-murid yang kadang malas dalam belajar, melanggar aturan, tidak patuh, serta menyimpang dari keharusan, sehingga saya mengeluhkan semua itu kepada guru, tapi sang Guru menjawab, "Jika mereka telah sempurna dalam kebajikannya, untuk apa mereka datang kepada mu?"

Sang Guru telah mengingatkan bahwa justru kewajiban saya adalah mengajari orang malas sehingga ia bersemangat, mengajari pelanggar aturan sehingga ia patuh, mengubah kebodohan menjadi kebijaksanaan. jdi, seandainya ada reaksi-reaksi negatif dari orang lain, itu adalah memang sudah lahan pekerjaan saya.

akan tetapi, kekhawatiran, kesedihan, kemarahan, dan kebencian, tidak selalu merupakan hal buruk. Allah menganugrahkan semua perasaan itu bukanlah tanpa manfaat, melainkan ada manfaatnya. mereka yang bersedih, hendaklah bersedih dengan benar, dan dimanfaatkan untuk hal benar. mereka yang marah, hendaklah marah dengan cara yang benar, dimanfaatkan untuk hal-hal yang benar, sebagaimana seharusnya mereka memanfaatkan kegembiraan dengan cara yang benar, untuk hal yang benar.

nah betul begitu.

salam kenal kang perduto. selamat bergabung! slamat Berdiskusi! dan semoga Anda betah di sini!

Dengan tidak menegaskan berkubu kepada salah satu sunni atau syiah, maka jelas anda menginginkan kebenaran secara apa adanya dan mengharapkan kebenaran dapat lebih jelas dipahami secara apa adanya.
...

Dan Kang Asep adalah satu diantara mereka yang mengembalikan penjelasan Al Quran kepada PemilikNya.

 

Artikel terkait di sini => Pluralisme